Sudah kita maklumi bersama, bahwa buah hati adalah generasi penerus perjuangan orang tua, dan orang tua akan senantiasa berupaya agar generasi penerusnya nanti akan bernasib lebih baik, sukses dunia dan akhirat.Begitu pula ketika kita bertemu dengan teman lama, baik ketemu secara langsung maupun lewat media sosial, pasti akan menanya anak kamu berapa ? sekolah dimana sudah mantu apa belum, dan segudang pertanyaan seputar anak akan ditanyakan. Dan sangat jarang yang menanyakan tentang kekayaan kita.
Untuk itu ada baiknya bagi kita mengetahui dan memahami tentang tips tips cantik bagaimana mendidik anak menjadi generasi penerus yang islami.
1. Hiwar (dialog)
Mendidik anak dengan cara dialog merupakan suatu keharusan bagi orang tua. Oleh karena itu, kemampuan berdialog mutlak ada pada setiap orang tua. Dengan dialog, akan terjadi komunikasi yang dinamis antara orang tua dengan anak, sehingga nasihat atau cerita menjadi lebih mudah dipahami dan berkesan bagi si anak. Selain itu orang tua akan mengetahui perkembangan pemikiran dan sikap anak terhadap suatu hal baru. Rasulullah Saw juga menerapkan langkah ini dalam mendidik anak.
Mendidik anak dengan cara dialog merupakan suatu keharusan bagi orang tua. Oleh karena itu, kemampuan berdialog mutlak ada pada setiap orang tua. Dengan dialog, akan terjadi komunikasi yang dinamis antara orang tua dengan anak, sehingga nasihat atau cerita menjadi lebih mudah dipahami dan berkesan bagi si anak. Selain itu orang tua akan mengetahui perkembangan pemikiran dan sikap anak terhadap suatu hal baru. Rasulullah Saw juga menerapkan langkah ini dalam mendidik anak.
2. Kisah Mendidik anak dengan cara berkisah sangat penting bagi perkembangan jiwa anak. Sebuah kisah yang baik akan menyentuh jiwa dan memotivasi anak untuk mengubah sikap. Jika kisah yang diceritakan itu baik, maka kelak anak akan berusaha menjadi orang yang baik, maka kelak anak akan berusaha menjadi orang yang baik. Sebaliknya, bila kisah yang dipaparkan tidak baik, maka sifat jelek tokoh tersebut akan ditiru oleh anak yang bersangkutan.
Banyak sekali kisah-kisah teladan tentang pejuang Islam, sahabat Nabi dan orang-orang shalih yang dapat dijadikan bahan cerita orang tua pada anak sebagai pelajaran dan contoh dalam membentuk kepribadian anak, misalnya cerita tentang si Qorun yang serakah, Ashabul khafi dll.
3. Perumpamaan Al-Qur’an dan hadits
Banyak sekali kisah-kisah teladan tentang pejuang Islam, sahabat Nabi dan orang-orang shalih yang dapat dijadikan bahan cerita orang tua pada anak sebagai pelajaran dan contoh dalam membentuk kepribadian anak, misalnya cerita tentang si Qorun yang serakah, Ashabul khafi dll.
3. Perumpamaan Al-Qur’an dan hadits
banyak sekali mengemukakan perumpamaan. Jika Allah SWT dan RasulNya mengungkapkan perumpamaan, secara tersirat berarti orang tua juga hendaknya mendidik anak-anaknya juga dengan perumpamaan. Sebagai contoh, Orang tua berkata pada anaknya” Bagaimana pendapatmu bila ada seorang anak yang rajin shalat, giat belajar dan hormat kepada orang tuanya...apakah anak itu akan disayangi oleh orang tuanya dan disayangi Alloh.....? Kemudian si anak akan dengan lantang mengatakan....”Tentu saja umi...anak itu akan disayangi orang tuanya dan juga disayang Alloh..... Dari perumpamaan seperti di atas kemudian orang tua dapat melanjutkan dengan kisah teladan Islam yang berhubungan dengan bagaimana saja syarat/kewajiban yang harus dilakukan seorang anak agar disayang oleh orang tua dan Alloh sehingga semua permintaan anak akan dikabulkan oleh orang tuanya dan dikabulkan Alloh jika semua kewajibannya telah dipenuhi atau telah dilaksanakan seperti melaksanakan shalat 5 waktu, giat belajar dan hormat pada orang tua.
4. Keteladanan
Orang tua merupakan pribadi yang sering ditiru oleh anak-anaknya. Jika perilaku orang tua baik maka insyaAlloh anak akan meniru hal-hal yang baik dan berkembang menjadi pribadi yang baik pula. Sebaliknya jia perilaku orang tuanya buruk maka kemungkinan besar anaknya juga aan mewarisi dan meniru sikap buruk orang tuanya.
Jika orang tua menginginkan anak-anaknya memiliki pribadi dan prilaku yang baik maka hendaknya dalam berprilaku sehari-hari para orang tua juga memberikan tauladan / contoh yang baik. Contohnya jika orang tua menginginkan anak disiplin dan tepat waktu shalat maka orang tua juga harus melaksanakan shalat tepat waktu...dengan cara mengajak anak shalat berjamaah merupakan langkah efektif mengajarkan anak shalat tepat waktu dibandingkan cara memarahi anak atau bahkan memberikan sangsi jika anak tidak shalat tepat waktu..tetapi dilain pihak orang tua sendiri shalatnya tidak tepat waktu.
5. Latihan dan pengamalan
Anak yang shalih bukan hanya rajin berdo’a untuk kedua orang tuanya, tetapi ia juga hendaknya berusaha secara maksimal untuk melaksanakan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Agar dapat mengamalkan ajaran Islam, seorang anak harus dilatih sejak dini. Ia harus dilatih sejak awal tentang shalat, puasa, bersedekah,berhijab dan lain sebagainya.
Tanpa latihan dan pembiasaan seorang anak akan sulit mengamalkan ajaran Islam dan tidak akan dapat memahami hikmah dibalik pembiasaan tersebut. Seorang ibu merupakan media kontrol terbaik bagi anak-anaknya dalam menerapkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Contohnya, Seorang anak akan dengan mudah bangun pagi untuk melakukan shalat subuh jika orang tuanya terutama Ibunya juga bangun pagi untuk shalat subuh dan menunaikan kewajiban lainnya seperti memasak sarapan dan bebenah rumah. Jika hal ini telah menjadi rutinitas sehari-hari maka dengan mudah anak akan melakuan shalat subuh tepat waktu dan juga membantu pekerjaan rumah seperti merapikan tempat tidur dan membersihkan rumah tanpa disuruh orang tua. Contoh lain jika orang tua gemar bersedekah dan mengajarkan apa gunanya bersedekah sejak anak masih kecil, maka kebiasaan bersedekah ini akan dilakukan si anak sampai dia dewasa kelak, sehingga terbentuklah pribadi positif dalam diri anak yang berdampak pada kebaikan umat Islam dimasa depan.
4. Keteladanan
Orang tua merupakan pribadi yang sering ditiru oleh anak-anaknya. Jika perilaku orang tua baik maka insyaAlloh anak akan meniru hal-hal yang baik dan berkembang menjadi pribadi yang baik pula. Sebaliknya jia perilaku orang tuanya buruk maka kemungkinan besar anaknya juga aan mewarisi dan meniru sikap buruk orang tuanya.
Jika orang tua menginginkan anak-anaknya memiliki pribadi dan prilaku yang baik maka hendaknya dalam berprilaku sehari-hari para orang tua juga memberikan tauladan / contoh yang baik. Contohnya jika orang tua menginginkan anak disiplin dan tepat waktu shalat maka orang tua juga harus melaksanakan shalat tepat waktu...dengan cara mengajak anak shalat berjamaah merupakan langkah efektif mengajarkan anak shalat tepat waktu dibandingkan cara memarahi anak atau bahkan memberikan sangsi jika anak tidak shalat tepat waktu..tetapi dilain pihak orang tua sendiri shalatnya tidak tepat waktu.
5. Latihan dan pengamalan
Anak yang shalih bukan hanya rajin berdo’a untuk kedua orang tuanya, tetapi ia juga hendaknya berusaha secara maksimal untuk melaksanakan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Agar dapat mengamalkan ajaran Islam, seorang anak harus dilatih sejak dini. Ia harus dilatih sejak awal tentang shalat, puasa, bersedekah,berhijab dan lain sebagainya.
Tanpa latihan dan pembiasaan seorang anak akan sulit mengamalkan ajaran Islam dan tidak akan dapat memahami hikmah dibalik pembiasaan tersebut. Seorang ibu merupakan media kontrol terbaik bagi anak-anaknya dalam menerapkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Contohnya, Seorang anak akan dengan mudah bangun pagi untuk melakukan shalat subuh jika orang tuanya terutama Ibunya juga bangun pagi untuk shalat subuh dan menunaikan kewajiban lainnya seperti memasak sarapan dan bebenah rumah. Jika hal ini telah menjadi rutinitas sehari-hari maka dengan mudah anak akan melakuan shalat subuh tepat waktu dan juga membantu pekerjaan rumah seperti merapikan tempat tidur dan membersihkan rumah tanpa disuruh orang tua. Contoh lain jika orang tua gemar bersedekah dan mengajarkan apa gunanya bersedekah sejak anak masih kecil, maka kebiasaan bersedekah ini akan dilakukan si anak sampai dia dewasa kelak, sehingga terbentuklah pribadi positif dalam diri anak yang berdampak pada kebaikan umat Islam dimasa depan.
6. Ibrah dan Mau’izhah
Para orang tua dapat mengambil pelajaran bagi anak-anaknya dari berbagai kisah. Jika orang tua sudah berhasil mengambil pelajaran/hikmah dari suatu kejadian bagi anak-anaknya maka langkah berikutnya adalah memberikan nasihat (mau’izhah) yang baik pada anak-anaknya. Sebuah nasihat hendaknya dapat memotivasi anak untuk berbuat kebaikan dan tidak dalam bentuk doktrin atau bahkan perintah dan paksaan. Nasihat dalam bentuk motivasi akan lebih menggugah hati anak untuk mau dengan sukarela melakukannya dibanding dengan nasihat yang bersifat memaksa. Misalnya Orang tua menganjurkan anak untuk selalu perduli pada fakir miskin dengan cara mengajak anak berlomba menabung dan hasilnya nanti disumbangkan ke panti asuhan anak yatim...bagi anak yang jumlah sumbangannya paling banyak maka akan mendapat reward dari orang tuanya. Cara seperti ini lebih efektif dibandingkan memaksa anak untuk harus bersedekah setiap saat.
Para orang tua dapat mengambil pelajaran bagi anak-anaknya dari berbagai kisah. Jika orang tua sudah berhasil mengambil pelajaran/hikmah dari suatu kejadian bagi anak-anaknya maka langkah berikutnya adalah memberikan nasihat (mau’izhah) yang baik pada anak-anaknya. Sebuah nasihat hendaknya dapat memotivasi anak untuk berbuat kebaikan dan tidak dalam bentuk doktrin atau bahkan perintah dan paksaan. Nasihat dalam bentuk motivasi akan lebih menggugah hati anak untuk mau dengan sukarela melakukannya dibanding dengan nasihat yang bersifat memaksa. Misalnya Orang tua menganjurkan anak untuk selalu perduli pada fakir miskin dengan cara mengajak anak berlomba menabung dan hasilnya nanti disumbangkan ke panti asuhan anak yatim...bagi anak yang jumlah sumbangannya paling banyak maka akan mendapat reward dari orang tuanya. Cara seperti ini lebih efektif dibandingkan memaksa anak untuk harus bersedekah setiap saat.
7. Targhib dan Tarhib
Targhib adalah janji-janji yng menyenangkan bagi seseorang yang meakukan kebaikan, sedangkan tarhib adalah ancaman yang mengerikan terhadap orang yang melakukan keburukan. Banyak sekali ayat dan hadits yang mengungkapkan janji dan ancaman. Itu artinya, orang tua juga mesti menerapkan metode ini dalam mendidik anak. Targhib yang diberikan hendaknya disesuaikan dengan kemampuan orang tua dan juga disesuaikan dengan apa yang sudah dilakukan oleh anak. Metode ini dimaksudkan agar anak memiliki perasaan rabbaniyah, seperti khauf (takut kepada Alloh), khusyuk (merendahkan diri dihadapan Alloh) serta mahabbah (cinta kepadan Alloh dan RasulNya).
Misalnya Jika anak mau shalat tepat waktu maka orang tua akan memberi reward berupa peralatan shalat yang baru bukan dengan reward akan memberikan mainan mahal yang terkadang tidak mampu dibeli oleh orang tua. Sedangkan jika anak tidak mau melaksanakan apa yang diajarkan oleh orang tua maka tarhib yang diberikan pada anak janganlah terlalu memberatkan anak seperti menyuruh anak membersihkan kamar mandi jika anak tidak mau shalat dan hukuman lainnya yang bersifat kekerasan fisik pada anak. Jika hal ini dilakukan niscaya seorang anak tidak akan termotivasi melakukan ajaran orang tua, tetapi malah berbalik marah dan bahkan membenci orang tuanya. Dalam Islam cara mendidik seperti ini sangat tidak dianjurkan.
Berdasarkan uraian tersebut, jelas sekali bahwa agar seorang anak menjadi anak shalih yang menerapkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari, maka proses pendidikan harus mendapatkan perhatian yang srius dari orang tua masing-masing khususnya para Ibu. Oleh karena itu kedua orang tua harus sepakat dalam merumuskan detail aplikasi konsep dan program pendidikan yang ingin mereka terapkan sesuai dengan garis-garis besar keluarga Islami. Kesepakatan ini mutlak dibutuhkan agar anak tidak bingung dalam memahami setiap ajaran yang diberikan oleh orang tuanya, sehingga tidak ada lagi pernyataan anak .......kata Ayah gak boleh ini tapi kata Bunda boleh kok.....!!! Kondisi seperti tersebut akan membuat anak bingung dan tidak akan dengan mudah mau melaksanakan nasihat atau ajaran orang tuanya.
Akhir kata semoga artikel ini dapat memberikan sdikit pencerahan buat para orang tua tentang bagaimana menddik anak-anak kita secara Islami tanpa adanya paksaan, sehingga kelak dapat terbentuk pribadi-pribadi yang mulia dari anak-anak kita yang dapat membawa Islam menuju kejayaan seperti jaman Rasulllloh dulu...Amin Ya Robbal Alamin...
Targhib adalah janji-janji yng menyenangkan bagi seseorang yang meakukan kebaikan, sedangkan tarhib adalah ancaman yang mengerikan terhadap orang yang melakukan keburukan. Banyak sekali ayat dan hadits yang mengungkapkan janji dan ancaman. Itu artinya, orang tua juga mesti menerapkan metode ini dalam mendidik anak. Targhib yang diberikan hendaknya disesuaikan dengan kemampuan orang tua dan juga disesuaikan dengan apa yang sudah dilakukan oleh anak. Metode ini dimaksudkan agar anak memiliki perasaan rabbaniyah, seperti khauf (takut kepada Alloh), khusyuk (merendahkan diri dihadapan Alloh) serta mahabbah (cinta kepadan Alloh dan RasulNya).
Misalnya Jika anak mau shalat tepat waktu maka orang tua akan memberi reward berupa peralatan shalat yang baru bukan dengan reward akan memberikan mainan mahal yang terkadang tidak mampu dibeli oleh orang tua. Sedangkan jika anak tidak mau melaksanakan apa yang diajarkan oleh orang tua maka tarhib yang diberikan pada anak janganlah terlalu memberatkan anak seperti menyuruh anak membersihkan kamar mandi jika anak tidak mau shalat dan hukuman lainnya yang bersifat kekerasan fisik pada anak. Jika hal ini dilakukan niscaya seorang anak tidak akan termotivasi melakukan ajaran orang tua, tetapi malah berbalik marah dan bahkan membenci orang tuanya. Dalam Islam cara mendidik seperti ini sangat tidak dianjurkan.
Berdasarkan uraian tersebut, jelas sekali bahwa agar seorang anak menjadi anak shalih yang menerapkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari, maka proses pendidikan harus mendapatkan perhatian yang srius dari orang tua masing-masing khususnya para Ibu. Oleh karena itu kedua orang tua harus sepakat dalam merumuskan detail aplikasi konsep dan program pendidikan yang ingin mereka terapkan sesuai dengan garis-garis besar keluarga Islami. Kesepakatan ini mutlak dibutuhkan agar anak tidak bingung dalam memahami setiap ajaran yang diberikan oleh orang tuanya, sehingga tidak ada lagi pernyataan anak .......kata Ayah gak boleh ini tapi kata Bunda boleh kok.....!!! Kondisi seperti tersebut akan membuat anak bingung dan tidak akan dengan mudah mau melaksanakan nasihat atau ajaran orang tuanya.
Akhir kata semoga artikel ini dapat memberikan sdikit pencerahan buat para orang tua tentang bagaimana menddik anak-anak kita secara Islami tanpa adanya paksaan, sehingga kelak dapat terbentuk pribadi-pribadi yang mulia dari anak-anak kita yang dapat membawa Islam menuju kejayaan seperti jaman Rasulllloh dulu...Amin Ya Robbal Alamin...
Sumber: http://paud-arrasyidgresik.blogspot.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar