Bagi Siti Maryam,
menjadi pembantu di luar negeri tak akan pernah bisa dilupakan. Karena
dari sanalah enaknya hidup yang kini dirasakan itu bermula. Jalan
menjadi TKI ‘terpaksa’ diarungi guna mencari kehidupan yang lebih baik.
Beruntung selama menjadi pembantu di Hong Kong, Maryam mendapatkan
majikan yang baik.
Hasil kerja keras dan ketekunan
selama bekerja kini dirasakan betul oleh perempuan asal Trenggalek
Jawa Timur ini dalam kehidupannya sekarang. Selepas bekerja sebagai
TKI, dari uang hasil jerih payahnya yang terkumpul Maryam memutuskan
untuk membuka usaha sendiri. Bidang yang dipilihnya antara lain berupa
usaha salon dan video shooting.
Wanita paruh baya kelahiran 6 Juni 1975 ini hijrah ke Hong kong
untuk menjadi seorang Tenaga Kerja Wanita (TKW). Selama sembilan tahun
(2000-2009), wanita asal desa Prigi, Trenggalek ini mengabdi kepada
keluarga yang sama. Kisah Siti Maryam, adalah sedikit dari kisah sukses
TKW Indonesia di luar negeri. “Karena keadaan yang membuat saya
terpaksa menjadi TKW. Penghasilan suami tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan kami sehari-hari untuk makan,” katanya.
Bekerja sebagai TKI di luar negeri adalah sebuah pilihan yang sulit
bagi Maryam. Yanto, suami Siti Maryam saat itu masih bekerja di sebuah
perusahaan rokok di Surabaya. Sementara Maryam sebagai ibu rumah
tangga, tinggal bersama anaknya di Trenggalek. Namun penghasilan
keluarga ini masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka
sehari-hari.
“Sementara saya saat itu masih harus emmbiayai anak saya. Kondisi
ini yang membuat saya berpikir untuk bekerja demi membantu suami saya,
” katanya.
Namun, rekan-rekan dan keluarga di kampung halaman yang bekerja di
luar negeri sebagai TKW memberinya inspirasi untuk melakukan hal sama.
Setelah mendapatkan izin dari suami dan keluarga, persiapan dan dokumen
untuk bekerja sebagai TKW segera dilakukan. Pada hari keberangkatan,
dengan berat hati ia terpaksa meninggalkan keluarganya. Anak mereka
satu-satunya, dititipkan kepada orangtuanya di desa.
Sejak awal di Hongkong, Maryam bekerja pada sebuah keluarga untuk
menyelesaikan pekerjaan rumah tangga sehari-hari. Pada malam hari, ia
bekerja menjadi pengurus seorang manula. Suatu hari, disela-sela waktu
senggangnya di pagi hari, Maryam ditawarkan untuk membantu di sebuah
salon besar milik majikannya. Ia sangat menyukai kegiatan ini dan
setelah magang beberapa lama, ia memutuskan untuk mengambil kursus
penataan rambut sambil bekerja paruh waktu.
”Dengan keterampilan saya yang baru ini, saya bisa mendapatkan
penghasilan tambahan di luar gaji yang diterima setiap bulan dari
majikan saya,” kata dia.
Setelah beberapa tahun hidup merantau di luar negeri, Maryam melihat
peluang usaha lain, yaitu jasa pengiriman uang kepada keluarga TKI di
Indonesia. Ia bekerja sama dengan suaminya yang saat itu sudah kembali
ke desanya di Trenggalek. Yanto bertugas menyetorkan uang yang
dikirimnya ke rekening tujuan, atau mengirimkannya langsung kepada
keluarga TKI.
Maryam menceritakan bahwa pada awalnya sang suami harus menempuh
jarak kurang lebih 50 km ke kota Trenggalek karena BCA dan BNI tidak
memiliki kantor cabang di desa Prigi. Setiap TKI hanya dipernolehkan
mengirimkan uang ke Indonesia maksimal sebesar HK$10,000 per
pengiriman.
Setiap harinya, Maryam dapat melayani pengiriman uang dari beberapa
TKI. Sebagai TKI yang hanya berpenghasilan HK$3.500 perbulan, apabila
ia mengirimkan uang dalam jumlah besar ke Indonesia, tentunya
pemerintah Hongkong atau petugas bank akan mempertanyakan kepemilikan
uang tersebut.
”Kalau ada masalah seperti ini biasanya majikan saya membantu
dengan memberikan surat pengantar pengiriman uang ke Indonesia. Surat
pengantar ini merupakan syarat yang ditetapkan oleh pemerintah Hongkong
untuk menghindari kriminalitas, termasuk pencurian uang milik majikan,” kata Maryam.
Tidak hanya berbisnis jasa transfer informal saja yang dilakukan
oleh Maryam. Perempuan yang memiliki satu anak ini juga mencoba
peruntungan bisnis lainnya dengan cara menjadi anggota Multi Level
Marketing (MLM) yang menyediakan penjualan barang-barang yang kerap
digunakan oleh TKI.
Ide seperti ini dilakukan olehnya dikarenakan kehidupan sosial para
TKI Indonesia di Hongkong yang terbilang unik. Para TKI Indonesia, jika
melakukan perayaan hari ulang tahun, akan merayakan hari ulang
tahunnya digedung dan mengundang teman-teman TKI lainnya.
”Biaya sewa gedung biasanya selama dua jam bisa sekitar
KS$10,000, ditambah dengan biaya konsumsi sekitar HKS3,000-5000 total
biaya perayaan ini mencapai HKS$13,000-15,000 atau setara dengan 4-6
bulan gaji TKI,” kata dia.
Ia juga menjelaskan para TKI juga sering membelanjakan uangnya untuk
membeli barang-barang bermerek untuk menunjukkan gengsinya di kalangan
TKI lain. Melihat fenomena inilah yang membuat Maryam memutar otaknya
untuk menjadikan hal ini sebagai ladang uang.
Sembilan tahun menikmati kehidupan diluar negeri, kini Siti Maryam
kembali ke tanah kelahirannya di Trenggalek. Bersama suami dan anaknya,
ia kembali membangun sosok keluarga bahagia dan memulai usaha baru di
Indonesia. ”Berbekal pengalaman saya disana yang saya dapatkan di
Hongkong. Maka saya memutuskan untuk membuka salon di Indonesia di
kampung saya. Keahlian ini saya dapat disaat saya bekerja menjadi TKI,”
kata Maryam.
Tidak hanya memulai bisnis salon, Maryam juga membuka usaha lainnya seperti toko sembako dan jasa pembuatan video dan shooting video.
Ia berharap hasildari usaha-usaha yang mereka jalankan dapat menjadi
ladang penghasilan yang subur sehingga tidak perlu lagi bekerja sebagai
TKW diluar negeri.
”Suami saya juga bilang bahwa untuk keluargaTKI agar selalu
cermat dalam mengatur keuangan keluarga. Karena penghasilan yang
didapat dari bekerja diluar negeri tidak berlangsung seterusnya,” kata Maryam.
“Jika mereka tidak mampu mengelola keuangan, kehidupan mereka tidak
akan lebih baik daripada sebelum ditinggalkan bekerja keluar negeri.” lanjutnya
Melihat kondisi Maryam yang sukses dalam meniti karirnya dari
menjadi TKI hingga menjadi pengusaha salon dan usaha lainnya ini
merupakan sebagai contoh bahwa kehidupan para TKI yang berpetualang ke
luar negeri tidak selamanya bernasib buruk. Siti Maryam merupakan salah
satu TKW sukses yang menjadikan dirinya sebagai pengusaha. Hal
tersebut dikarenakan dari segala macam pelajaran yang didapatnya dari
luar negeri sebagai TKW.
Bahkan wanita lulusan SMP ini berhasil menjadi kandidat finalis
Indonesia International Migrant Worker’s Award 2010 yang
diselenggarakan oleh UKM-Center Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
dan juga bekerjasama dengan Kementerian Koordinator Bidang
Kesejahteraan Rakyat (Kemenko Kesra).
Sumber: Jurnas.com, Majalah Komite (papahende.multiply.com), KickAndy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar