Rabu, 30 Desember 2015

Siti Maryam: Mantan TKW dari Hong Kong yang Sukses Usaha Salon

Bagi Siti Maryam, menjadi pemban­tu di luar negeri tak akan pernah bisa dilupakan. Karena dari sanalah enaknya hidup yang kini dirasakan itu bermula. Jalan menjadi TKI ‘terpaksa’ diarungi guna mencari kehidupan yang lebih baik. Beruntung selama menjadi pembantu di Hong Kong, Maryam men­dapatkan majikan yang baik.
Hasil kerja keras dan ketekunan se­lama bekerja kini dirasakan betul oleh perempuan asal Trenggalek Jawa Timur ini dalam kehidupannya sekarang. Selepas bekerja sebagai TKI, dari uang hasil jerih payahnya yang terkumpul Maryam memutuskan untuk membuka usaha sendiri. Bidang yang dipilihnya antara lain berupa usaha salon dan video shooting.
Wanita paruh baya kelahiran 6 Juni 1975  ini hijrah ke Hong kong untuk menjadi seorang Tenaga Kerja Wanita (TKW). Selama sembilan tahun (2000-2009), wanita asal desa Prigi, Trenggalek ini mengabdi kepada keluarga yang sama. Kisah Siti Maryam, adalah sedikit dari kisah sukses TKW Indonesia di luar negeri. “Karena keadaan yang membuat saya terpaksa menjadi TKW. Penghasilan suami tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan kami sehari-hari untuk makan,” katanya.
Bekerja sebagai TKI di luar negeri adalah sebuah pilihan yang sulit bagi Maryam. Yanto, suami Siti Maryam saat itu masih bekerja di sebuah perusahaan rokok di Surabaya. Sementara Maryam sebagai ibu rumah tangga, tinggal bersama anaknya di Trenggalek. Namun penghasilan keluarga ini masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka sehari-hari.
“Sementara saya saat itu masih harus emmbiayai anak saya. Kondisi ini yang membuat saya berpikir untuk bekerja demi membantu suami saya, ” katanya.
Namun, rekan-rekan dan keluarga di kampung halaman yang bekerja di luar negeri sebagai TKW memberinya inspirasi untuk melakukan hal sama. Setelah mendapatkan izin dari suami dan keluarga, persiapan dan dokumen untuk bekerja sebagai TKW segera dilakukan. Pada hari keberangkatan, dengan berat hati ia terpaksa meninggalkan keluarganya. Anak mereka satu-satunya, dititipkan kepada orangtuanya di desa.
Sejak awal di Hongkong, Maryam bekerja pada sebuah keluarga untuk menyelesaikan pekerjaan rumah tangga sehari-hari. Pada malam hari, ia bekerja menjadi pengurus  seorang manula. Suatu hari, disela-sela waktu senggangnya di pagi hari, Maryam ditawarkan untuk membantu di sebuah salon besar milik majikannya. Ia sangat menyukai kegiatan ini dan setelah magang beberapa lama, ia memutuskan untuk mengambil kursus penataan rambut sambil bekerja paruh waktu.
”Dengan keterampilan saya yang baru ini, saya bisa mendapatkan penghasilan tambahan di luar gaji yang diterima setiap bulan dari majikan saya,” kata dia.
Setelah beberapa tahun hidup merantau di luar negeri, Maryam melihat peluang usaha lain, yaitu jasa pengiriman uang kepada keluarga TKI di Indonesia. Ia bekerja sama dengan suaminya yang saat itu sudah kembali ke desanya di Trenggalek. Yanto bertugas menyetorkan uang yang dikirimnya ke rekening tujuan, atau mengirimkannya langsung kepada keluarga TKI.
Maryam menceritakan bahwa pada awalnya sang suami harus menempuh jarak kurang lebih 50 km ke kota Trenggalek karena BCA dan BNI tidak memiliki kantor cabang di desa Prigi. Setiap TKI hanya dipernolehkan mengirimkan uang ke Indonesia maksimal sebesar HK$10,000 per pengiriman.
Setiap harinya, Maryam dapat melayani pengiriman uang dari beberapa TKI. Sebagai TKI yang hanya berpenghasilan HK$3.500 perbulan, apabila ia mengirimkan uang dalam jumlah besar ke Indonesia, tentunya pemerintah Hongkong atau petugas bank akan mempertanyakan kepemilikan uang tersebut.
”Kalau ada masalah seperti ini biasanya majikan saya membantu dengan memberikan surat pengantar pengiriman uang ke Indonesia. Surat pengantar ini merupakan syarat yang ditetapkan oleh pemerintah Hongkong untuk menghindari kriminalitas, termasuk pencurian uang milik majikan,” kata Maryam.
Tidak hanya berbisnis jasa transfer informal saja yang dilakukan oleh Maryam. Perempuan yang memiliki satu anak ini juga mencoba peruntungan bisnis lainnya dengan cara menjadi anggota Multi Level Marketing (MLM) yang menyediakan penjualan barang-barang yang kerap digunakan oleh TKI.
Ide seperti ini dilakukan olehnya dikarenakan kehidupan sosial para TKI Indonesia di Hongkong yang terbilang unik. Para TKI Indonesia, jika melakukan perayaan hari ulang tahun, akan merayakan hari ulang tahunnya digedung dan mengundang teman-teman TKI lainnya.
”Biaya sewa gedung biasanya selama dua jam bisa sekitar KS$10,000, ditambah dengan biaya konsumsi sekitar HKS3,000-5000 total biaya perayaan ini mencapai HKS$13,000-15,000 atau setara dengan 4-6 bulan gaji TKI,” kata dia.
Ia juga menjelaskan para TKI juga sering membelanjakan uangnya untuk membeli barang-barang bermerek untuk menunjukkan gengsinya di kalangan TKI lain. Melihat fenomena inilah yang membuat Maryam memutar otaknya untuk menjadikan hal ini sebagai ladang uang.
Sembilan tahun menikmati kehidupan diluar negeri, kini Siti Maryam kembali ke tanah kelahirannya di Trenggalek. Bersama suami dan anaknya, ia kembali membangun sosok keluarga bahagia dan memulai usaha baru di Indonesia. ”Berbekal pengalaman saya disana yang saya dapatkan di Hongkong. Maka saya memutuskan untuk membuka salon di Indonesia di kampung saya. Keahlian ini saya dapat disaat saya bekerja menjadi TKI,” kata Maryam.
Tidak hanya memulai bisnis salon, Maryam juga membuka usaha lainnya seperti toko sembako dan jasa pembuatan video dan shooting video. Ia berharap hasildari usaha-usaha yang mereka jalankan dapat menjadi ladang penghasilan yang subur sehingga tidak perlu lagi bekerja sebagai TKW diluar negeri.
”Suami saya juga bilang bahwa untuk keluargaTKI agar selalu cermat dalam mengatur keuangan keluarga. Karena penghasilan yang didapat dari bekerja diluar negeri tidak berlangsung seterusnya,” kata Maryam. “Jika mereka tidak mampu mengelola keuangan, kehidupan mereka tidak akan lebih baik daripada sebelum ditinggalkan bekerja keluar negeri.” lanjutnya
Melihat kondisi Maryam yang sukses dalam meniti karirnya dari menjadi TKI hingga menjadi pengusaha salon dan usaha lainnya ini merupakan sebagai contoh bahwa kehidupan para TKI yang berpetualang ke luar negeri tidak selamanya bernasib buruk. Siti Maryam merupakan salah satu TKW sukses yang menjadikan dirinya sebagai pengusaha. Hal tersebut dikarenakan dari segala macam pelajaran yang didapatnya dari luar negeri sebagai TKW.
Bahkan wanita lulusan SMP ini berhasil menjadi kandidat finalis Indonesia International Migrant Worker’s Award 2010 yang diselenggarakan oleh UKM-Center Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan juga bekerjasama dengan Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kemenko Kesra).
Sumber: Jurnas.com, Majalah Komite (papahende.multiply.com), KickAndy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar