Harapan dan Anganku
Rasanya peristiwa dua belas tahun yang lalu itu terasa baru kemarin, ketika itu aku bersama pasangan hidupku memutuskan untuk memperbaiki ekonomi keluarga melalui bekerja sebagai TKI di negeri orang, Mengingat saat itu tidak sedikit orang-orang yang seusiaku baik masih lajang maupun yang sudah berkeluarga banyak yang ekonomi keluarga kelihatan mapan lantaran mereka bekerja sebagai TKI di negeri orang, mereka mampu bangun rumah, mampu beli sawah dan memberikan penghidupan bagi keluarga yang di tinggal di rumah.
Aku dan suamiku berkumpul dalam satu atap mengenyam indahnya mahligai rumah tangga tak ubahnya sekejab mata memandang, dimana aku sudah mendapatkan buah hati utap muamiHasrat dan semangatku semakin bulat, maka aku berembuk dengan pendamping hidupku untuk mengambil keputusan, apakah jadi berangkat ke negeri orang atau tidak. Dengan mengucap bismillahirrohmaanirrohim, saya seijin pendampingku memutuskan menjadi TKI, dan singkat cerita saya segera mengurus administrasi kependudukan se bagai kelengkapan untuk mendapatkan pasport dan visa. Namun ternyata tidak semudah yang aku bayangkan, aku harus berada dipenampungan untuk beberapa bulan, dan dipenampungan saya berusaha untuk terus mendekatkan diri kepada sang Pencipta, disaat teman-teman yang lain lagi lelap dalam mimpinya, aku beranjak bangun dan mengambil air wudlu kemudian menghadap sang kholiq untuk bermunajat " ya robbi berilah kemudahan kepada kami dalam mencari rizqi yang halal, semoga saya segera mendapatkan majikan dan segera bekerja, rasanya sudah lebih dari cukup saya berada dipenampungan, untuk ya robbi mudahkanlah aku dalam menggapai cita-cita ini, dan ditengah saya bermunajat kepada sang kholiq, terbersit di benakku putri buah hatiku satu-satunya yang masih usia 8 tahun kutinggalkan di rumah bersama dengan pendampingku.
Ya Allah jadikan anak ku anak yang sholikah dapat berbhakti kepada kedua orang tua, berguna bagi masyarakat bangsa dan negara, ya robbi berilah kesempatan kepada putriku untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi daripada aku, amin yaa robbal alamin, tak terasa waktu subuh sudah tiba, maka aku juga langsung mengerjakan sholat subuh.
Aku Menginjakkan Kaki di Negeri Orang
Rasanya aku ingin segera sampai di rumah majikanku dan ingin segera buktikan kepada mereka bahwa aku mampu bekerja dengan baik, hari demi hari kulalui dengan penuh semangat karena saya juga merindukan anak kecil yang selalu dekat dengan diriku, sehingga aku dapat mencurahkan kasih dan sayangku kepada anak kecil di dekatku sebagai pengobat rinduku kepada buah hati yang kutinggal dirumah bersama pendamping hidupku( sekarang udah mantan), dan alhamdulillah aku berkesempatan untuk menjadi ibu asuh lelaki mungil, ia aku rawat dengan penuh kasih dan sayang bagaikan buah hatiku sendiri, aku selalu menemani setiap saat setiap waktu, bahkan saya lebih dekat dengan bayi mungil yang menurutku cukup tampan, dibanding dengan orang tuanya sendiri
Tiada terasa aku sudah lebih dari dua tahun bersama majikanku, mereka begitu menghargai kepadaku, tak membedakan kasta antara aku dan mereka, dengan demikian saya juga semakin krasan bersama mereka, disamping mereka cukup baik juga tidak terlalu pelit, bahkan menurut ukuran umum, majikanku terlalu baik dengan aku.
Menyadari akan kondisi majikan yang seperti, maka saya berusaha mengemban amanah dengan baik, dengan suatu harapan saya dapat diperpanjang kontraknya dengan mereka. Seiring berjalannya waktu, saya secara berkala mengirimkan uang ke tanah air melalui rekening di suatu bank yang ada di kotaku, saya sangat percaya dan yakin bahwa suamiku akan juga menjaga amanah dengan baik, sehingga semua gajiku aku kirim ke kotaku dan dikelola oleh suamiku, alhamdulillah berkat kerja kerasku akhirnya aku bisa membeli tanah pekarangan yang nantinya akan kujadikan surga duniaku (untuk buat rumah tinggal)
Rumah Hunianku Terwujud
Entah bagaimana ceritanya saya tidak tahu persis, ternyata suamiku juga mampu mengelola uang pendapatanku untuk membangun rumah, dan rasanya aku juga kepingin sekali untuk cuti dan membayangkan bagaimana rasanya menempati rumah baru hasil dari kerja kerasku di negeri orang, namun keinginan itu segera aku urungkan lantaran kalo aku sering cuti tentu akan banyak uang yang mubazir untuk bolak balik indo - hongkong, lebih baik aku simpan dulu rinduku dengan buah hatiku dan juga pria idamanku dan gaji yang aku terima aku kirimkan ke kotaku, dan aku hanya mengambil secukupnya untuk pegangan sehari-hari manakala membutuhkan.
Maksud penulis ingin meneruskan cerita ini lebih lengkap, tapi hati ini semakin tersayat sembilu untuk meneruskan cerita ini, untuk itu aku akhiri dulu lain waktu disambung lagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar