“Telah
diriwayatkan dari ‘Aisyah Radliyallahu ‘Anha berkata: Rasul Allah
bersabda: “Tiada seorang wanita yang haid, melainkan haidnya itu menjadi
pelebur untuk masa lalu dari dosa-dosanya. Apabila di dalam hari
pertama ia membaca: Alhamdulillaah ‘Alaa Kulli Haalin wa Astaghfirullah
Min Kulli Dzanbin, maka Allah untuk wanita itu bebas dari api neraka, ia
berjalan di atas titian dan aman dari siksa, dan Allah Yang Maha Mulia
mengangkat baginya pada setiap hari dan malam derajat empat puluh orang
mati sahid ketika ia ingat kepada Allah Ta’ala di dalam haidnya.”
Kami
penulis melihat betapa pentingnya pengetahuan agama, terutama masalah
darah wanita ini, sebagaimana yang dinyatakan Syaikh Ibrahim Al-Bajuri
Dalam kitab karangannya ialah:
“Bahwa
hukumnya wajib bagi seorang wanita akan mengaji sesuatu yang dibutuhkan
dari hukum-hukum haid, nifas dan istihadlat. Apabila suaminya pintar,
maka wajib mengajar istrinya, dan apabila suaminya tidak pintar, maka
boleh, bahkan wajib bagi istrinya keluar dari rumahnya untuk keperluan
bertanya kepada ulama. Dan hukumnya haram bagi suami yang melarang
istrinya keluar dari rumahnya untuk keperluan itu, kecuali suaminya akan
bertanya kepada ulama, kemudian mengajarkan hukum-hukum itu kepada
istrinya.” (Hasyiyah Al-Bajuri: 1/1134).
MASALAH DARAH HAIDL
Definisi Haid
Haid
menurut bahasa artinya ialah mengalir. Adapun menurut istilah Syara’,
yang dinamakan haid ialah darah yang kebiasaan keluar dari farji
(kemaluan) seorang wanita yang telah berusia sembilan tahun, bukan
karena melahirkan, dalam keadaan sehat dan warnanya merah semu hitam
menghanguskan (Fathul Qarib:10).
Dasar Hukum Haid
Adapun
dasar hukum Haid adalah firman Allah Subkhanahu Wa Ta‘ala dalam
Alqur’an Surat Al-Baqarah : 222 yang artinya adalah sebagai berikut:
“Mereka
bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: “Haid itu adalah kotoran.”
Oleh karena itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu
haid, dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila
mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang di
perintahkan Allah kepada mu> Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang taubat,dan menyukai orang-orang yang mensucikan.” (QS. Al-Baqarah:
222).
Dan dalam hadist Rasulullah SAW pun diriwayatkan Sebagai berikut:
“Sesungguhnya
haid ini yang telah menetapkan Allah atas anak-anak putri Nabi Adam
As.” (HR. Bukhari dan Muslim dari ‘Aisyah Ra.).
Nama-Nama Haid
Penyebutan nama haid menurut ulama Fuqaha terdapat 15 nama adalah sebagai berikut:
- Haid
- Makhied
- Makhad
- Tomats
- Ikbar
- Tomas
- 'arok
- Farok
- Azda
- Dhokhak
- Daras
- Daraas
- Nifas
- Qurok
- 'ishor
Binatang Yang Mengalami Haid
Adapun hayawan atau binatang yang mengalami haid adalah delapan macam, yaitu sebagai berikut:
1. Orang wanita
2. Binatang kelawar
3. Binatang dlabu’ atau kera
4. Binatang kelinci (Jawa: mermut)
5. Binatang unta
6. Binatang cecak
7. Binatang kuda
8. Binatang anjing.
Akan tetapi selain orang wanita, binatang-binatang tersebut haidnya tidak tertentu (Bujairami ala Al Khatib: 1/300).
Tanda-Tanda Balig Bagi Wanita
Tanda-tanda
balig bagi seorang anak wanita terdapat lima macam. Apabila salah satu
dari lima perkara terdapat padanya, maka dihukumi sudah balig, ialah
sebagai berikut:
1. Sudah sampai umur 15 tahun Qamariyah (penanggalan bulan).
2. Keluar air mani dari kemaluan setelah umur 9 tahun Qamariyah.
3. Keluar darah Haid setelah umur 9 tahun Qamariyah Taqriban, ya-itu kira-kira
atau kurang sedikit dari 15 hari, walaupun hanya sebentar.
(Kasyifatu Al-Syaja: 16).
4. Keluar bulu kemaluan setelah umur 9 tahun Qamariyah
(Tabyinal Ishlah: 157).
5. Dan kedua buah dadanya sudah menonjol ke depan secara jelas
(Bidayatul Ummat: )
Tanda-Tanda Balig Bagi Lelaki
Adapun
tanda-tanda balig bagi seorang anak lelaki sebanyak empat perkara.
Apabila didapati pada seorang anak lelaki salah satu dari empat perkara,
maka anak tersebut dihukumi sudah berumur balig, yaitu sebagai berikut:
1. Sudah sampai umum 15 tahun Qamariyah (penanggalan bulan).
2. Keluar air mani dari kemaluan setelah umur 9 tahun Qamariyah.
3. Keluar bulu kemaluan setelah umur 9 tahun Qamariyah.
(Tabyinal Ishlah: 157).
Permulaan Haid Bagi Wanita
Usia
paling muda waktu keluar darah haid bagi seorang anak wanita, ialah
berumur 9 tahun Qamariyah Taqriban (kira-kira). Adapun pengertian
taqriban atau kira-kira ialah, apabila seorang anak wanita yang cukup
umur 9 tahun kurang 16 hari dan malamnya ke atas (waktu yang cukup
digunakan paling sedikitnya haid dan paling sedikitnya suci),
mengeluarkan darah, maka tidak dihukumi haid, tetapi dihukumi darah
istihadlah atau darah rusak (Fathul Qarib pada Hamisy Al Bajuri:1/112
dan Abyanal Hawaij: 11/268)
Adapun
pada waktu mengeluarkan darah seorang wanita, sudah berusia 9 tahun
kurang dibawahnya 16 hari dan malam (waktu yang tidak cukup untuk paling
sedikitnya haid serta paling sedikitnya suci) maka dihukumi darah haid.
Apabila
seorang wanita mengeluarkan darah beberapa hari yang sebagian sebelum
waktunya bisa haid, dan yang sebagian lagi setelah waktunya bisa haid,
maka darah yang pertama dihukumi darah istiha-dlah, dan darah yang akhir
dihukumi darah haid.
Suatu Contoh
Sorang
anak wanita cukupnya umur 9 tahun masih kurang 20 hari dan malam, lalu
ia mengeluarkan darah lagi lamanya 10 hari dan malam, maka darah yang
pertama selama 4 hari dan malam lebih sedi-kit, dihukumi darah
istihadlah, karena kurangnya dari cukup umur 9 tahun masih cukup untuk
haid serta suci.
Adapun
darah yang tertinggal, yang lamanya 6 hari dan malam, kurang sedikit,
dihukumi darah haid, karena kurangnya dari cukup u-mur 9 tahun sudah
tidak cukup untuk haid serta suci (Hasyiyah al-Jamal ala Syarhi
al-Minhaj: 1/236).
Lamanya Waktu Haid dan Sucinya
Seorang wanita mengeluarkan darah yang dihukumi haid adalah sekurang-kurangnya masa sehari semalam atau 24 jam, baik selama 24 jam itu darah keluar terus menerus, atau terputus-putus selama 15 hari dan malam. Yakni suatu tempo keluar darah di tempo lain putus darah, yang seandainya mengeluarkan darahnya itu terjumlah cukup 24 jam, hal ini dihukumi darah haid, asalkan semuanya itu masih didalam 15 hari dan malam.
Sehingga, apabila darah yang keluar jumlahnya tidak cukup 24 jam, tidaklah dihukumi darah haid, melainkan dihukumi darah istiha-dlat (Minhaju al-Qawim: 29 dan Abyanal Hawaij: 11/268).
Bahwa yang dimaksud dengan bil ittishal atau terus menerus yaitu seumpama kapuk kapas dimasukkan ke dalam kemaluan wanita, masih adanya darah itu, masih dihukumi mengeluarkan darah, sekalipun darah tidak sampai ke luar ke tempat yang wajib dibasuh ketika istinja’ (ber-suci). Hasyiyah Al Turmusi ala al Minhaju al-Qawim: 1/538).
Adapun sebanyak-banyaknya seorang wanita mengeluarkan darah haid adalah 15 hari dan 15 malam.
Pada kebiasaanya, mengeluarkan darah haid selama 6 atau 7 hari dan malam. Semuanya ini berdasarkan hasil penelitian Imam Syafi’i Ra kepada wanita Arab di Timut Tengah. Adapun paling lamanya seorang wanita mengeluarkan darah haid adalah 15 hari dan malam (Al Minhaju al-Qawim: 29).
Dan sekurang-kurangnya suci yang memisahkan antara satu haid dengan haid yang lain ialah 15 hari dan 15 malam. Adapaun sebanyak-banyaknya suci tidak ada batasnya, bahkan kadang sudah tidak keluar darah haid lagi, karena usia atau keadaan. Dan pada kebiasaannya suci tersebut meliha kepada kebiasaannya haid. Apabila haidnya enam hari, maka sucinya adalah 24 hari, dan apabila haidnya itu tujuh hari, maka sucinya adalah 23 hari (Qutu al-Habib: 44).
Masalah-Masalah
Darah yang keluar dari kemaluan seorang wanita yang sedang ha-mil adalah termasuk darah haid, apabila lamanya sehari semalam serta tidak lebih dari 15 hari dan malamnya, dan mengeluarkan darah tersebut sebelum melahirkan anak (Fathul Wahhab: 1/27).
Seorang wanita ketika mengeluarkan darah haid dengan terputus putus, semuanya dihukumi haid, baik ketika mengeluarkan darah atau ketika putus yang ada sela-selanya itu.
Lamanya Waktu Haid dan Sucinya
Seorang wanita mengeluarkan darah yang dihukumi haid adalah sekurang-kurangnya masa sehari semalam atau 24 jam, baik selama 24 jam itu darah keluar terus menerus, atau terputus-putus selama 15 hari dan malam. Yakni suatu tempo keluar darah di tempo lain putus darah, yang seandainya mengeluarkan darahnya itu terjumlah cukup 24 jam, hal ini dihukumi darah haid, asalkan semuanya itu masih didalam 15 hari dan malam.
Sehingga, apabila darah yang keluar jumlahnya tidak cukup 24 jam, tidaklah dihukumi darah haid, melainkan dihukumi darah istiha-dlat (Minhaju al-Qawim: 29 dan Abyanal Hawaij: 11/268).
Bahwa yang dimaksud dengan bil ittishal atau terus menerus yaitu seumpama kapuk kapas dimasukkan ke dalam kemaluan wanita, masih adanya darah itu, masih dihukumi mengeluarkan darah, sekalipun darah tidak sampai ke luar ke tempat yang wajib dibasuh ketika istinja’ (ber-suci). Hasyiyah Al Turmusi ala al Minhaju al-Qawim: 1/538).
Adapun sebanyak-banyaknya seorang wanita mengeluarkan darah haid adalah 15 hari dan 15 malam.
Pada kebiasaanya, mengeluarkan darah haid selama 6 atau 7 hari dan malam. Semuanya ini berdasarkan hasil penelitian Imam Syafi’i Ra kepada wanita Arab di Timut Tengah. Adapun paling lamanya seorang wanita mengeluarkan darah haid adalah 15 hari dan malam (Al Minhaju al-Qawim: 29).
Dan sekurang-kurangnya suci yang memisahkan antara satu haid dengan haid yang lain ialah 15 hari dan 15 malam. Adapaun sebanyak-banyaknya suci tidak ada batasnya, bahkan kadang sudah tidak keluar darah haid lagi, karena usia atau keadaan. Dan pada kebiasaannya suci tersebut meliha kepada kebiasaannya haid. Apabila haidnya enam hari, maka sucinya adalah 24 hari, dan apabila haidnya itu tujuh hari, maka sucinya adalah 23 hari (Qutu al-Habib: 44).
Masalah-Masalah
Darah yang keluar dari kemaluan seorang wanita yang sedang ha-mil adalah termasuk darah haid, apabila lamanya sehari semalam serta tidak lebih dari 15 hari dan malamnya, dan mengeluarkan darah tersebut sebelum melahirkan anak (Fathul Wahhab: 1/27).
Seorang wanita ketika mengeluarkan darah haid dengan terputus putus, semuanya dihukumi haid, baik ketika mengeluarkan darah atau ketika putus yang ada sela-selanya itu.
Ketahuilah!
Seorang
wanita, sama saja Mubtadi’at (baru sekali mengeluarkan darah) atau
Mu’tadat (yang sudah pernah haid dan suci), dihukumi haid (haram
melaksanakan perkara yang diharamkan kepada orang yang haid), sebab
hanya mengeluarkan darah). Kemudian kalau darah terse-but ternyata putus
sebelum cukup sehari semalam, maka hukumnya bukan darah haid, sehingga
ia diwajibkan mengqadla shalat yang di tinggalkan selama mengeluarkan
darah tersebut. Dan apabila darah itu sampai cukup sehari semalam, maka
tentunya dihukumi darah haid (Hasyiyah Al Syarqawi ‘ala al-Tahrir:
1/152)
Sumber : http://fiqihwanita-rifa.blogspot.co.id/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar